Kecemasan Membayangi Banyak Pekerja

Pandemi COVID-19 telah mengubah cara kerja banyak orang di seluruh dunia. Bekerja dari rumah atau remote work menjadi pilihan yang banyak dipilih oleh pekerja dan perusahaan untuk mengurangi risiko penularan virus. Namun, seiring dengan peningkatan vaksinasi dan penurunan kasus positif di beberapa negara, beberapa perusahaan mulai bersikeras untuk memanggil kembali pekerja mereka ke kantor. Apa yang dirasakan oleh para pekerja yang harus kembali ke kantor? Dan bagaimana cara mengatasi kecemasan yang mungkin timbul?

Kecemasan yang dirasakan oleh pekerja yang kembali ke kantor

Banyak pekerja yang merasa cemas untuk kembali ke kantor, karena berbagai alasan, antara lain:

  1. Khawatir tertular atau menularkan virus
    Salah satu alasan utama pekerja merasa cemas untuk kembali ke kantor adalah khawatir tertular atau menularkan virus COVID-19. Meskipun sudah divaksin, pekerja masih bisa terinfeksi atau menjadi pembawa virus, terutama dengan adanya varian baru yang lebih menular. Kembali ke kantor berarti harus berinteraksi dengan banyak orang, baik rekan kerja, atasan, klien, maupun pengunjung. Hal ini meningkatkan risiko paparan dan penularan virus, terutama jika protokol kesehatan tidak diterapkan dengan baik di tempat kerja.
  2. Kesulitan beradaptasi dengan perubahan rutinitas
    Alasan lain pekerja merasa cemas untuk kembali ke kantor adalah kesulitan beradaptasi dengan perubahan rutinitas. Selama bekerja dari rumah, pekerja telah membentuk pola hidup dan kerja yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka. Mereka bisa bekerja dengan lebih fleksibel, nyaman, dan hemat biaya. Kembali ke kantor berarti harus menyesuaikan diri dengan jadwal, lingkungan, dan aturan yang baru. Hal ini bisa menyebabkan stres, kelelahan, atau konflik dengan orang-orang di sekitar.
  3. Merasa kurang siap atau kompeten
    Alasan lain pekerja merasa cemas untuk kembali ke kantor adalah merasa kurang siap atau kompeten. Selama bekerja dari rumah, pekerja mungkin kehilangan kontak atau koneksi dengan rekan kerja, atasan, atau klien. Mereka juga mungkin kehilangan peluang untuk belajar, berkembang, atau berprestasi di bidang mereka. Kembali ke kantor berarti harus bersaing dan bekerja sama dengan orang-orang yang mungkin lebih berpengalaman, terampil, atau berprestasi. Hal ini bisa menimbulkan rasa minder, takut, atau cemburu.

Cara mengatasi kecemasan yang timbul saat kembali ke kantor

Meskipun kecemasan yang dirasakan oleh pekerja yang kembali ke kantor adalah hal yang wajar, tetapi tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Untuk lebih jelas nya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecemasan tersebut, antara lain:

  1. Menjaga kesehatan fisik dan mental
    Salah satu cara untuk mengatasi kecemasan adalah dengan menjaga kesehatan fisik dan mental. Pekerja harus memastikan bahwa mereka dalam kondisi sehat dan bugar sebelum kembali ke kantor. Mereka harus mengikuti protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Mereka juga harus menjaga pola makan, olahraga, tidur, dan istirahat yang baik. Mereka juga harus melakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti hobi, meditasi, atau konseling, untuk meredakan stres dan kecemasan.
  2. Membuat rencana dan persiapan yang matang
    Cara lain untuk mengatasi kecemasan adalah dengan membuat rencana dan persiapan yang matang. Pekerja harus mengetahui dan memahami kebijakan dan peraturan yang berlaku di tempat kerja, seperti jadwal, tugas, tanggung jawab, dan hak mereka. Mereka juga harus menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kembali ke kantor, seperti transportasi, pakaian, peralatan, atau dokumen. Mereka juga harus berkomunikasi dengan rekan kerja, atasan, atau klien, untuk mengetahui perkembangan atau perubahan yang terjadi di tempat kerja.
  3. Mencari dukungan dan bantuan dari orang lain
    Cara lain untuk mengatasi kecemasan adalah dengan mencari dukungan dan bantuan dari orang lain. Pekerja tidak harus menghadapi kecemasan mereka sendirian. Mereka bisa berbagi perasaan, masalah, atau harapan mereka dengan orang-orang yang mereka percaya, seperti keluarga, teman, atau kolega. Mereka juga bisa mencari saran, solusi, atau inspirasi dari orang-orang yang berpengalaman, seperti mentor, konsultan, atau pakar. Mereka juga bisa bergabung dengan komunitas, grup, atau organisasi yang relevan dengan bidang atau minat mereka, untuk mendapatkan informasi, motivasi, atau peluang.